“hah
minta maaf?” vero berusaha untuk membaca pesan dari arjun berulang kali. Dia
tidak bisa mengerti maksud arjun, kenapa arjun harus meminta maaf? Kenapa tidak
bilang kalo arjun gak suka ke vero, atau suka ke vero juga? Ah vero bingung
dengan semua ini.
Vero
akhirnya meminta pendapat rina untuk masalah ini
“rin,
arjun bales gini, maksudnya apa?”
“mba
ve yang sabar ya”
“kenapa
rin?”
“arjun
gak suka ke mba vero, tapi dia mencoba mengatakanya dengan halus” rina berusaha
menanggapi dengan bijak.
“tapi
kanapa arjun minta maaf?”
“dia
minta maaf karena mungkin selama ini sikap dia ke mba vero membuat mba merasa
dip hp-in” memang selama ini vero sering merasa arjun juga memiliki perasaan
kepadanya, arjun selalu tahu apa yang terjadi kepadanya, selalu berusaha
menghibur vero saat sedih, saat vero mengalami kecelakaan beberapa bulan lalu
pun arjun mensuportnya dengan penuh.
Cinta
yang selama ini dirasakan oleh vero benar-benar memudar, hatiny hancur bagaikan
kepingan es yang mencair karena panasnya matahari. Seseorang yang dia nggap
sebagai jodohnya kini jelas tidak memiliki perasaan apapun kepadanya.
Foto
arjun yang tersimpan didalam dompetnya langsung dia buang, dan semua kenangan
indah tentang arjun akan segera terhapus oleh kepedihan. Hari-hari yang dia
lalui benar-benar kelabu, mengawali hari dengan tangisan di pagi hari membuat
matanya bengkak dan iritasi. Hal ini pertama kali disadari oleh leo.
“mba
vero lagi ada masalah apa? Matanya kenapa merah begitu?”
“gak
ada masalah apa-apa leo, Cuma kelilipan”
“masa
kelilipan bisa awet berhari hari gitu”
Vero
pun tertawa mendengar alas an kecurigaan leo.
“mba,
kalo saya lagi galau saya suka pergi ke café J mba, disana pemandanganya bagus,
kalau malem keliatan lampu-lapu banyak banget”
“café
J? dimana itu? Boleh deh dicoba”
“kapan
mba mau kesana? Saya anterin aja mba, sekalian saya juga pengen kesana capek
kerja terus mba, kalo nanti malem gimana mba ?”
“oke
deh”
Di tengah perjalanan
“jalanya
lumayan exstream ya” vero mengawali pembicaraan.
“segini
mah biasa mba, kalo ke rumah saya lebih ekstream lagi” balas leo sembari tetap
focus pada jalan raya
“oh
ya? Rumah kamu di perbukitan juga ya?”
“iya
mba, udaranya dingin banget pas pagi dan malam hari, tapi kalo siang hari
berasa sejuk”
“wah
asyik dong, jadi penasaran”
“kapan-kapan
main mba kesana, tempatnya gak jauh kok, paling 1 jam kalo gak macet”
“boleh
deh, nanti dipikirkan lagi”
Beberapa
saat kemudian
“mba,
bangun. udah nyampe mba”
Vero
membuka sedikit matanya dan melirik ke jendela, dia terpesona dengan
pemandangan disekitar mobil leo, cahaya lampu putih yang sangat banyak bagaikan
bintang yang bertaburan. Vero tidak sabar menikmati indahnya tempat itu, dia
segera keluar mobil meninggalkan leo yang masih di tempat duduknya.
“ternyata
kamu gak boong yah, tempatnya beneran bagus” vero menghirup nafas dalam-dalam
merasakan kesejukan udara ditempat itu. Leo hanya tersenyum melihat tingkah
seniornya itu.
Vero
memang sangat menyukai bintang, saat malam tiba dia selalu duduk di balkon
rumahnya sekedar melepas lelah sembari melihat bintang-bintang yang ada
dilangit, terkadang vero menghitung jumlah bintang yang muncul di malam hari.
“leo,
udah jam 10 ayo pulang” vero khawatir jika pulang terlalu malam maka leo akan
kelelahan.
“padahal
pemandanganya masih bagus loh mba, langitnya juga cerah”
“nanti
kan bisa kesini lagi”
“momen
indah gak akan terulang dua kali, walaupun kita mengunjungi tempat yang sama
belum tentu perasaan kita juga sama”
Dalam
hati vero membenarkan apa yang dikatakan leo. Dan leo akhirnya beranjak dari
tempat duduknya menuju mobil tanda dia setuju untuk pulang.
Sampai dirumah
“thanks
leo buat hari ini, gue ngerasa lega, beban dalam hati gue berkurang”
“sma-sama
mba, saya juga merasa fres kembali setelah bekerja seharian”
Leo
membuka pintu mobil untuk vero, dan mereka akhirnya berpisah untuk menutup hari
mereka masing-masing.
Malam
itu merupakan awal kebersamaan mereka terjalin. Semakin hari mereka semakin
akrab saja, namun mereka mulai menyadari bahwa kebersamaan mereka lalui terlalu
sering sehingga muncullah perasaan yang lebih dalam lagi.
“mba
vero merasa nyaman gak deket sama leo?”
“nyaman
lah, elu orangnya seru banget leo”
“mba,
kalo dipikir lagi kayaknya perasaan kita semakin hari semakin dalam deh, kalo
kita Cuma merasa sebagai sahabat mungkin kita gak akan sedekat ini”
“elu
mau ngomong kalo lu suka ke gue?”
“mungkin
mba vero lebih tau”
“leo,
lu ngomong apa si? Walaupun faktanya lu suka sama gue dan gue suka sama elu.
Kita gak mungkin bisa bersama. Beda umur kita terlalu jauh. Elu masih 20 tahun,
gw udah 25 tahun”
“yang
terpenting dalam cinta bukanlah perbedaan umur mba, tapi perbedaan kelamin”
“hahahaha.
Tapi gw yakin, cowok yang seumuran elu belum bisa berkomitmen, sedangkan gw
udah saatnya berkomitmen, menjalin rumah tangga”
Leo
hanya bisa diam memikirkan sesuatu
“jujur
gue juga suka ke el oleo, tapi logika gue bilang kalo itu gak boleh.kita cukup
temenan aja kaya kemaren. Okay”
Leo
hanya terdiam. Vero mengerti kalao leo mungkin kecewa dengan perkataan vero.
Selama ini vero tidak pernah mencintai pria yang lebih muda dari umurnya,
wlaupun lebih muda satu bulan ataupun satu minggu, vero lebih suka dimengerti,
jika dia menjalin hubungan dengan pria yang lebih muda maka vero harus lebih
banyak mengerti daripada dimengerti.
Leo
masih memiliki perjalanan yang panjang, jika memang dia menyanggupi untuk
berkomitmen dengan vero, maka akan banyak terjadi keributan diantara mereka
karena secara psikologi, leo masih ingin berpetualang mengenal beberapa
karakter gadis yang berbeda.
Leo
sedikit demi sedikit menjaga jarak dengan vero, sikap leo tidak membuat vero
sedih atau frustasi karena vero menyadari hal ini pasti akan terjadi. berkat
leo, vero sudah melupakan arjun, tapi hati vero tidak bisa berlabuh di hati
leo, karena lagika vero menang. Akhirnya sekarang hati vero kosong tak
berpenghuni.
Kepercayaan vero terhadap ramalan 2015 nya
masih kuat. Dia yakin akan bertemu jodohnya ditahun ini. Tapi kapan waktunya,
dia tak pernah tahu.
Maret
“Ring
ring ring” terdengar suara dering handphone android berwarna putih. Rina segera
mengangkatnya setelah melihat nama “mba ve” muncul dilayarnya.
“rina
hari ini mba ve pulangnya malem ya, mau rapat. Nanti kamu beli makan diluar aja
ya”
Suara perempuan diseberang sana.
“iya
mba ve, bentar lagi juga rina pulang”
“hati-hati
dijalan rin” Vero mengakhiri panggilan teleponya
Pagi
hari tadi baru diumumkan bahwa setelah selesai jam kerja akan diadakan rapat
dengan pemimpin perusahaan yang akan bekerja sama dengan perusahaan tempat vero
bekerja.
“selamat
malam semuanya, saya perkenalkan ini pak heri pemimpin perusahaan tambang mulia
yang akan bekerja sama dengan perusahaan kita”
Vero terkejut, saat melihat pemimpin perusahaan itu. . . .
-BERSAMBUNG PART 3-