Rabu, 24 Juni 2015

CURHAT: I'M A LIER (거짓말아요)

Diposting oleh Unknown di 09.37 0 komentar
Melupakan seseorang memang sulit
Tapi melepaskan rasa cinta kita pada seseorang jauh lebih mudah
Ku putuskan untuk melepaskan semua perasaanku
Sekarang, tak ada lagi rasa cinta yang dulu pernah ada
Tapi kenangan tentangmu masih tetap tersisa
Bagaimana sikap manismu dulu sebelum kau berubah
Hingga detik ini, tak bisa kuhitung berapa banyak kenangan itu
Setiap bertemu denganmu hanya kebahagiaan yang kurasakan
Izinkan aku untuk tetap memiliki kenangan itu
Karena kenangan itu bisa membuatku menghentikan tetes air mata yang hampir terpengaruh oleh gravitasi
Silahkan bahagia bersama orang lain, perasaanku padamu sudah tak ada lagi, jadi hal itu tak membuat hatiku goyah saat kau bersama orang lain, walaupun suatu saat nanti kau pergi menghampiriku, tak ada yang berubah, perasaan itu tak akan kembali, aku tak peduli jika kau berada disisi orang lain, aku hanya ingin menjaga kenangan yang begitu manis, tanpa mempengaruhi siapapun.
Terimakasih atas semua kenangan itu. tanpamu, kenangan itu tak akan berubah menjadi manis
ByeBye ~~

~My Name Is Ve~



Minggu, 29 Maret 2015

CERPEN: GADIS MANGGIS PART 2

Diposting oleh Unknown di 09.41 0 komentar


“hah minta maaf?” vero berusaha untuk membaca pesan dari arjun berulang kali. Dia tidak bisa mengerti maksud arjun, kenapa arjun harus meminta maaf? Kenapa tidak bilang kalo arjun gak suka ke vero, atau suka ke vero juga? Ah vero bingung dengan semua ini.
Vero akhirnya meminta pendapat rina untuk masalah ini
“rin, arjun bales gini, maksudnya apa?”
“mba ve yang sabar ya”
“kenapa rin?”
“arjun gak suka ke mba vero, tapi dia mencoba mengatakanya dengan halus” rina berusaha menanggapi dengan bijak.
“tapi kanapa arjun minta maaf?”
“dia minta maaf karena mungkin selama ini sikap dia ke mba vero membuat mba merasa dip hp-in” memang selama ini vero sering merasa arjun juga memiliki perasaan kepadanya, arjun selalu tahu apa yang terjadi kepadanya, selalu berusaha menghibur vero saat sedih, saat vero mengalami kecelakaan beberapa bulan lalu pun arjun mensuportnya dengan penuh.
Cinta yang selama ini dirasakan oleh vero benar-benar memudar, hatiny hancur bagaikan kepingan es yang mencair karena panasnya matahari. Seseorang yang dia nggap sebagai jodohnya kini jelas tidak memiliki perasaan apapun kepadanya.
Foto arjun yang tersimpan didalam dompetnya langsung dia buang, dan semua kenangan indah tentang arjun akan segera terhapus oleh kepedihan. Hari-hari yang dia lalui benar-benar kelabu, mengawali hari dengan tangisan di pagi hari membuat matanya bengkak dan iritasi. Hal ini pertama kali disadari oleh leo.
“mba vero lagi ada masalah apa? Matanya kenapa merah begitu?”
“gak ada masalah apa-apa leo, Cuma kelilipan”
“masa kelilipan bisa awet berhari hari gitu”
Vero pun tertawa mendengar alas an kecurigaan leo.
“mba, kalo saya lagi galau saya suka pergi ke café J mba, disana pemandanganya bagus, kalau malem keliatan lampu-lapu banyak banget”
“café J? dimana itu? Boleh deh dicoba”
“kapan mba mau kesana? Saya anterin aja mba, sekalian saya juga pengen kesana capek kerja terus mba, kalo nanti malem gimana mba ?”
“oke deh”
Di tengah perjalanan
“jalanya lumayan exstream ya” vero mengawali pembicaraan.
“segini mah biasa mba, kalo ke rumah saya lebih ekstream lagi” balas leo sembari tetap focus pada jalan raya
“oh ya? Rumah kamu di perbukitan juga ya?”
“iya mba, udaranya dingin banget pas pagi dan malam hari, tapi kalo siang hari berasa sejuk”
“wah asyik dong, jadi penasaran”
“kapan-kapan main mba kesana, tempatnya gak jauh kok, paling 1 jam kalo gak macet”
“boleh deh, nanti dipikirkan lagi”
Beberapa saat kemudian
“mba, bangun. udah nyampe mba”
Vero membuka sedikit matanya dan melirik ke jendela, dia terpesona dengan pemandangan disekitar mobil leo, cahaya lampu putih yang sangat banyak bagaikan bintang yang bertaburan. Vero tidak sabar menikmati indahnya tempat itu, dia segera keluar mobil meninggalkan leo yang masih di tempat duduknya.
“ternyata kamu gak boong yah, tempatnya beneran bagus” vero menghirup nafas dalam-dalam merasakan kesejukan udara ditempat itu. Leo hanya tersenyum melihat tingkah seniornya itu.
Vero memang sangat menyukai bintang, saat malam tiba dia selalu duduk di balkon rumahnya sekedar melepas lelah sembari melihat bintang-bintang yang ada dilangit, terkadang vero menghitung jumlah bintang yang muncul di malam hari.
“leo, udah jam 10 ayo pulang” vero khawatir jika pulang terlalu malam maka leo akan kelelahan.
“padahal pemandanganya masih bagus loh mba, langitnya juga cerah”
“nanti kan bisa kesini lagi”
“momen indah gak akan terulang dua kali, walaupun kita mengunjungi tempat yang sama belum tentu perasaan kita juga sama”
Dalam hati vero membenarkan apa yang dikatakan leo. Dan leo akhirnya beranjak dari tempat duduknya menuju mobil tanda dia setuju untuk pulang.
Sampai dirumah
“thanks leo buat hari ini, gue ngerasa lega, beban dalam hati gue berkurang”
“sma-sama mba, saya juga merasa fres kembali setelah bekerja seharian”
Leo membuka pintu mobil untuk vero, dan mereka akhirnya berpisah untuk menutup hari mereka masing-masing.
Malam itu merupakan awal kebersamaan mereka terjalin. Semakin hari mereka semakin akrab saja, namun mereka mulai menyadari bahwa kebersamaan mereka lalui terlalu sering sehingga muncullah perasaan yang lebih dalam lagi.
“mba vero merasa nyaman gak deket sama leo?”
“nyaman lah, elu orangnya seru banget leo”
“mba, kalo dipikir lagi kayaknya perasaan kita semakin hari semakin dalam deh, kalo kita Cuma merasa sebagai sahabat mungkin kita gak akan sedekat ini”
“elu mau ngomong kalo lu suka ke gue?”
“mungkin mba vero lebih tau”
“leo, lu ngomong apa si? Walaupun faktanya lu suka sama gue dan gue suka sama elu. Kita gak mungkin bisa bersama. Beda umur kita terlalu jauh. Elu masih 20 tahun, gw udah 25 tahun”
“yang terpenting dalam cinta bukanlah perbedaan umur mba, tapi perbedaan kelamin”
“hahahaha. Tapi gw yakin, cowok yang seumuran elu belum bisa berkomitmen, sedangkan gw udah saatnya berkomitmen, menjalin rumah tangga”
Leo hanya bisa diam memikirkan sesuatu
“jujur gue juga suka ke el oleo, tapi logika gue bilang kalo itu gak boleh.kita cukup temenan aja kaya kemaren. Okay”
Leo hanya terdiam. Vero mengerti kalao leo mungkin kecewa dengan perkataan vero. Selama ini vero tidak pernah mencintai pria yang lebih muda dari umurnya, wlaupun lebih muda satu bulan ataupun satu minggu, vero lebih suka dimengerti, jika dia menjalin hubungan dengan pria yang lebih muda maka vero harus lebih banyak mengerti daripada dimengerti.
Leo masih memiliki perjalanan yang panjang, jika memang dia menyanggupi untuk berkomitmen dengan vero, maka akan banyak terjadi keributan diantara mereka karena secara psikologi, leo masih ingin berpetualang mengenal beberapa karakter gadis yang berbeda.
Leo sedikit demi sedikit menjaga jarak dengan vero, sikap leo tidak membuat vero sedih atau frustasi karena vero menyadari hal ini pasti akan terjadi. berkat leo, vero sudah melupakan arjun, tapi hati vero tidak bisa berlabuh di hati leo, karena lagika vero menang. Akhirnya sekarang hati vero kosong tak berpenghuni.
 Kepercayaan vero terhadap ramalan 2015 nya masih kuat. Dia yakin akan bertemu jodohnya ditahun ini. Tapi kapan waktunya, dia tak pernah tahu.

Maret
“Ring ring ring” terdengar suara dering handphone android berwarna putih. Rina segera mengangkatnya setelah melihat nama “mba ve” muncul dilayarnya.
“rina hari ini mba ve pulangnya malem ya, mau rapat. Nanti kamu beli makan diluar aja ya”
 Suara perempuan diseberang sana.
“iya mba ve, bentar lagi juga rina pulang”
“hati-hati dijalan rin” Vero mengakhiri panggilan teleponya
Pagi hari tadi baru diumumkan bahwa setelah selesai jam kerja akan diadakan rapat dengan pemimpin perusahaan yang akan bekerja sama dengan perusahaan tempat vero bekerja.
“selamat malam semuanya, saya perkenalkan ini pak heri pemimpin perusahaan tambang mulia yang akan bekerja sama dengan perusahaan kita”

Vero terkejut, saat melihat pemimpin perusahaan itu. . . .
-BERSAMBUNG PART 3-

CERPEN: GADIS MANGGIS PART 1

Diposting oleh Unknown di 09.37 0 komentar


Senja mulai menggeser waktu sore yang terasa hangat, ricuh kembang api mulai terdengar sedikit demi sedikit dari anak-anak tetangga. Suara kembang api yang menghentak hentak sangat berbanding terbalik dengan suasana hatiku yang sedang sendu, air mataku terus mengalir membasahi bantal kuning bergambar beruang itu. Hari ini adalah malam pergantian tahun, seharusnya saya memiliki semangat baru untuk mengawali tahun baru besok, tapi kesedihan yang begitu dalam tak mampu ku singkirkan, kematian sahabatku tak akan begitu saja bisa kulupakan. Begitu banyak kenangan indah yang masih kuingat, aku mengenal molly memang baru beberapa tahun terakhir, dia bukan sahabat kecilku, sekitar setahun yang lalu kami bertemu, setiap hari kami lalui bersama selama setahun terakhir, molly sudah kuanggap sebagai sahabat dan keluargaku. Satu per satu kenangan yang kulalui bersama molly mulai bermunculan sehingga air mataku terus mengalir dengan derasnya, aku menangis sekeras kerasnya sendirian didalam kamarku yang bercat putih, tangisku tiba-tiba terhenti setelah mendengar suara “tok tok tok tok”
“molly kah itu? Mungkinkah dia hidup lagi? Atau dia datang dalam wujud hantu?”
Kata-kata itu keluar dari bibirku dengan lirih
“mbak ve, buka pintunya” ah ternyata rina adikku
 aku sangat ingin bertemu molly, kami belum sempat mengucapkan salam perpisahan, saat molly meninggal dirumah sakit, aku tak berada disampingnya, bodohnya aku saat itu meninggalkan molly untuk membeli nasi goreng karena aku sangat lapar. Seandainya aku bisa sedikit menahan rasa laparku, tentu aku bisa mengucapkan selamat tinggal pada molly.
“sebentar” segera aku usap air mataku dan bergegas membuka pintu
“kenapa rin?” tanyaku sesaat setelah pintu terbuka
“mba ve jangan sedih terus, ayo kita ke pantai liat kembang api” rina berusaha menghiburku, namun aku hanya menunduk
“mba ve, rina juga sedih molly meninggal, rina juga sayang molly, makanya kita pergi aja malam ini biar bisa melupakan kesedihan kita” molly memang cukup dekat dengan adikku ini, rina juga merasa terpukul dengan kepergian molly yang tiba-tiba karena penyakit ……. Yang terdeteksi tiga hari sebelum kematianya.
“gak ah rin, aku ngantuk, mau tidur ajah” saran rina memang bagus, tapi jalanan pasti macet, dan aku kurang begitu suka dengan keramaian jadi seumur hidup aku tidak pernah menyaksikan kembang api tahun baru sekalipun.
“ya udah mbak ve selamat istirahat ya” rina berusaha bijak, walaupun matanya berkaca kaca, terlihat menyembunyikan kesedihan yang dalam.
“iya rin, tidur cepet aja malam ini biar besok bisa ke pemakaman molly”
Rina akhirnya pergi ke kamarnya sendiri yang berjarak 2 m didepan kamarku
“mataku mulai terasa berat, rasa kantuk ini akhirnya datang untuk menenggelamkan sejenak kesedihan yang kurasakan” vero mulai mengigau, sebelum akhirnya tertidur.

Seminggu kemudian
Matahari bersinar cerah, hembusan angin terasa menyejukkan jiwa, kesegaran terpancar dari aroma dedaunan basah yang terbawa oleh angin pagi. Semua orang melakukan kesibukannya masing-masing seperti biasanya.
“brakk…. Tuingwingwingwing” terdengar suara aneh dari seberang jalan.
Beberapa orang yang terlihat sedang bercengkrama segera menuju sumber suara. Terlihat seorang wanita berpakaian hijau terguling beberapa meter dari motornya.
“minggir…. Minggir…. Ada truk dibelakang” teriak salah seorang lelaki paruh baya dengan suara lantang. Lima orang lelaki berlari menuju perempuan berbaju hijau itu, dan satu orang lelaki mencoba untuk menghentikan laju truk yang akan melintas.
“ayo neng minggir dulu” beberapa pria memapah sang wanita menuju tepi jalan.
“itu motornya dipinggirin, takut ada polisi” “buruan kasih minum” “cari obat merah” beberapa orang panik dan terjadi keributan kecil.
“neng rumahnya dimana?” “telfon keluarga neng buat jemput neng” “itu tanganya kenapa neng”
Pertanyaan bertubi tubi itu tak sempat dijawab. Sang perempuan berbaju hijau itu hanya berkata “ pak tolongin vero copot helmnya, tangan vero sakit gak bisa lepas helm” sambil merintih kesakitan. Seorang pria spontan mengangkat helm yang masih menempel dikepala vero.
“vero lupa gak bawa hp pak” memang vero sering lupa membawa hp karena menurutnya hp bukanlah hal penting, tapi untuk zaman sekarang ini, hp benar-benar dibutuhkan untuk apapun.
“neng, motornya rusak, harus ganti ban dulu baru bisa jalan” kata pria 1
 “tadi kronologinya bagaimana neng?’ Tanya pria 2
Sejenak vero terdiam melihat jalan tempatnya jatuh tadi, sedikit hal yang bisa vero ingat, sisanya hanya ada bayangan hitam tanpa jelas alur ceritanya.
“tadi nabrak lubang pak” jawab vero singkat sambil memegang tangan kirinya
“pak, boleh minta tolong benerin motor saya gak gak? Nanti kalo sudah selesai anter ke rumah saya, ini alamatnya” vero menyodorkan kertas putih berisi alamat rumahnya pada pria 1.
“iya neng, tapi neng pulangnya gimana?” Tanya pria 1
“naik taksi saja pak”
Vero lalu segera pulang dan mendapati adiknya didepan tv
“rin, gw tadi abis jatoh. Gue fikir bakal nyusul molly tadi rin” vero menangis didepan rina yang kebingungan
“mba ve kenapa? Jangan ngomong yang enggak-enggak” rina segera menepuk bahu vero
“tadi mbak ve jatuh? Terus gimana keadaanya? Ada yang luka gak? Itu tangan kirinya kenapa?”
Rina segera melayangkan banyak pertanyaan ke vero
“gue gak inget kejadianya rin, gak ada yang luka tapi tangan kiri gw sakit banget”
“kita ke dokter aja mba sekarang” rina segera bangkit dan menuju garasi
Setelah sampai di rumah sakit
“ini patah, harus dioperasi mbak” pria berbaju putih mengatakan hal itu setelah mengamati seraya membolak balikkan tangan vero.
“saya serahkan pada dokter saja, tolong lakukan yang terbaik dok” rina selaku wali dari vero memberi keputusan dan memberikan tanda tangan tanda persetujuan.
Operasi dilakukan sehari setelah kecelakaan, tangan vero dipasang beberapa pen. Vero belum bisa bergerak secara normal. Tiga hari setelah operasi, vero diperbolehkan untuk pulang.
Jika saja
“rin, kalo kemaren gue gak selamat, gue pasti ketemu molly disana ya ” vero menerawang, mengingat kejadian yang menimpanya beberapa waktu yang lalu.
“mba ve, kalo mba ve pergi sama molly, terus rina sama sapa mbak disini?” rina mengatakan sesuatu yang tulus dari dalam hatinya. Selama ini rina hanya hidup bersama vero setelah ayah dan ibunya meninggal dalam kecelakaan pesawat 8 tahun lalu. Ketulusan rina membuat vero sadar bahwa kematian hanyalah meninggalkan kesedihan bagi orang yang masih hidup, vero harus menjalani hidup dengan baik, demi rina adik satu-satunya.
“maafin mbak vero ya rin, mbak vero terlalu egois hanya memikirkan diri mbak vero sendiri, padahal selain molly ada kamu yang penting dalam hidup mba ve”
‘mba ve harus tetap hidup, nemenin rina mbak” rina sedikit meneteskan air mata yang tak mampu lagi dibendungnya.
“maafin mba ve yah rin, kita harus hidup bersama melewati semua ini rin, ”
Awal tahun baru hanya diiringi dengan tangisan, seperti yang ku baca dalam ramalan zodiac untuk tahun 2015 akan diawali dengan kesedihan, namun perlahan kesedihan itu akan hilang dan munculah kebahagiaan di bulan selanjutnya. Tak sabar menunggu bulan selanjutnya dan merasakan kebahagiaan seperti yang sudah diramalkan.

February
“mba ve, rina berangkat kuliah dulu ya” suara rina membuyarkan lamunan vero diruang tamu
“rina, malam nanti gak ada acara kan? Temenin mbak jalan-jalan ya”
“gak ada mbak, iya mba boleh, katanya hari ini mba ve mau dilepas ya perbanya?”
“iya rin, kan udah tiga minggu”
“pulangnya jangan kemaleman ya”
“Oke mba”
Setelah mencium tangan vero, rina pun pergi
Malam hari
Suasana mall malam itu begitu cerah, cahaya lampu begitu terang, beberapa pita pink terpasang di plafon mall itu, dengan lambing hati yang menggantung di ujung pita.
“gak terasa udah tanggal 10 february yah” vero mengingat bahwa mall Z selalu mendekor ruangan dengan nuansa pink saat menjelang perayaan valentine.
“iya mba ve, tapi akung yah kita gak ada yang ngasih coklat”
“bener juga rin, tapi ramalan zodiak  2015 gue katanya di tahun ini gue bakalan ketemu the right one gue, artinya gue bakal ketemu jodoh gue dong”  vero mulai antusias
“mba ve selalu aja gitu, percaya ramalan, asal yang dipercaya yang baik-baiknya aja mba” rina memang terlihat lebih bijak dibandingkan dengan kakaknya, hal ini dikarenakan sewaktu orang tua mereka meninggal, vero sangat terpukul sehingga melarikan diri dari kesedihan yang dia alami dengan mencari hiburan bersama teman-temannya, dia lebih sering bermain diluar sehingga emosinya labil dan kurang bisa bersikap dewasa.
“pulang yuk rin, tapi nanti mampir ke supermarket dulu, beli coklat buat kita berdua”
“biar gak keliatan ngenes ya mbak dihari valentine?”
“hahaha kamu mah bisa aja”
Setelah valentine (saat harus dikatakan)
“rin, kayaknya arjun harus tau deh kalo gue selama ini suka sama dia, ramalan zodiak gue kan bilang taun ini gue bakal ketemu jodoh gue, kayaknya arjun jodoh gue deh, dia tipe gue banget rin, he’s smart, rajin beribadah, perhatian”
“ya udah buruan mba ve ngomong ke dia, kalopun dia suka sama mba ve juga bagus dong, kalo dia gak suka ya udah cari lagi” rina memang tidak terlalu mengenal arjun, pria yang sangat diidolakan kakanya karena kepintaranya, rina hanya mengenal arjun melalui cerita kakaknya tentang arjun.
Vero memang menyukai arjun yang berumur 3 tahun lebih tua darinya sudah sejak lama, hanya saja selama ini dia hanya mampu mengungkapkan perasaanya lewat statusnya di facebook, vero belum memiliki keberanian untuk mengungkapkan langsung. Sekarang keberanian itu muncul dan vero sudah bertekad untuk mengatakanya pada arjun. Vero hanya bisa mengatakanya lewat messenger karena karjun sedang berada di Kalimantan untuk mengurus bisnisnya.
“arjun, selama beberapa tahun terakhir ternyata aku suka sama kamu, maaf ya membuat kamu terkejut” vero hanya mengungkapkan perasaanya secara singkat. Dia memang tidak pandai merangkai kata, sehingga yang bisa dia katakana hanyalah kata singkat itu.
“iya gak papa ver, gue minta maaf ya kalo ada slah ke elo” jwaban arjun memang diluar dugaan.
“hah minta maaf?” vero berusaha untuk membaca pesan dari arjun berulang kali. Dia tidak bisa mengerti maksud arjun, kenapa arjun harus meminta maaf? Kenapa tidak bilang kalo arjun gak suka ke vero, atau suka ke vero juga? Ah vero bingung dengan semua ini.
Vero akhirnya meminta pendapat rina untuk masalah ini
“rin, arjun bales gini, maksudnya apa?”
“mba ve yang sabar ya”
“kenapa rin?”

BERSAMBUNG PART 2 
 

CORATCORETCERIA Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos