Senja
mulai menggeser waktu sore yang terasa hangat, ricuh kembang api mulai
terdengar sedikit demi sedikit dari anak-anak tetangga. Suara kembang api yang
menghentak hentak sangat berbanding terbalik dengan suasana hatiku yang sedang
sendu, air mataku terus mengalir membasahi bantal kuning bergambar beruang itu.
Hari ini adalah malam pergantian tahun, seharusnya saya memiliki semangat baru
untuk mengawali tahun baru besok, tapi kesedihan yang begitu dalam tak mampu ku
singkirkan, kematian sahabatku tak akan begitu saja bisa kulupakan. Begitu
banyak kenangan indah yang masih kuingat, aku mengenal molly memang baru
beberapa tahun terakhir, dia bukan sahabat kecilku, sekitar setahun yang lalu
kami bertemu, setiap hari kami lalui bersama selama setahun terakhir, molly
sudah kuanggap sebagai sahabat dan keluargaku. Satu per satu kenangan yang
kulalui bersama molly mulai bermunculan sehingga air mataku terus mengalir
dengan derasnya, aku menangis sekeras kerasnya sendirian didalam kamarku yang
bercat putih, tangisku tiba-tiba terhenti setelah mendengar suara “tok tok tok
tok”
“molly
kah itu? Mungkinkah dia hidup lagi? Atau dia datang dalam wujud hantu?”
Kata-kata
itu keluar dari bibirku dengan lirih
“mbak
ve, buka pintunya” ah ternyata rina adikku
aku sangat ingin bertemu molly, kami belum
sempat mengucapkan salam perpisahan, saat molly meninggal dirumah sakit, aku
tak berada disampingnya, bodohnya aku saat itu meninggalkan molly untuk membeli
nasi goreng karena aku sangat lapar. Seandainya aku bisa sedikit menahan rasa
laparku, tentu aku bisa mengucapkan selamat tinggal pada molly.
“sebentar”
segera aku usap air mataku dan bergegas membuka pintu
“kenapa
rin?” tanyaku sesaat setelah pintu terbuka
“mba
ve jangan sedih terus, ayo kita ke pantai liat kembang api” rina berusaha
menghiburku, namun aku hanya menunduk
“mba
ve, rina juga sedih molly meninggal, rina juga sayang molly, makanya kita pergi
aja malam ini biar bisa melupakan kesedihan kita” molly memang cukup dekat
dengan adikku ini, rina juga merasa terpukul dengan kepergian molly yang
tiba-tiba karena penyakit ……. Yang terdeteksi tiga hari sebelum kematianya.
“gak
ah rin, aku ngantuk, mau tidur ajah” saran rina memang bagus, tapi jalanan
pasti macet, dan aku kurang begitu suka dengan keramaian jadi seumur hidup aku
tidak pernah menyaksikan kembang api tahun baru sekalipun.
“ya
udah mbak ve selamat istirahat ya” rina berusaha bijak, walaupun matanya
berkaca kaca, terlihat menyembunyikan kesedihan yang dalam.
“iya
rin, tidur cepet aja malam ini biar besok bisa ke pemakaman molly”
Rina
akhirnya pergi ke kamarnya sendiri yang berjarak 2 m didepan kamarku
“mataku
mulai terasa berat, rasa kantuk ini akhirnya datang untuk menenggelamkan
sejenak kesedihan yang kurasakan” vero mulai mengigau, sebelum akhirnya
tertidur.
Seminggu kemudian
Matahari
bersinar cerah, hembusan angin terasa menyejukkan jiwa, kesegaran terpancar
dari aroma dedaunan basah yang terbawa oleh angin pagi. Semua orang melakukan
kesibukannya masing-masing seperti biasanya.
“brakk….
Tuingwingwingwing” terdengar suara aneh dari seberang jalan.
Beberapa
orang yang terlihat sedang bercengkrama segera menuju sumber suara. Terlihat
seorang wanita berpakaian hijau terguling beberapa meter dari motornya.
“minggir….
Minggir…. Ada truk dibelakang” teriak salah seorang lelaki paruh baya dengan
suara lantang. Lima orang lelaki berlari menuju perempuan berbaju hijau itu,
dan satu orang lelaki mencoba untuk menghentikan laju truk yang akan melintas.
“ayo
neng minggir dulu” beberapa pria memapah sang wanita menuju tepi jalan.
“itu
motornya dipinggirin, takut ada polisi” “buruan kasih minum” “cari obat merah”
beberapa orang panik dan terjadi keributan kecil.
“neng
rumahnya dimana?” “telfon keluarga neng buat jemput neng” “itu tanganya kenapa
neng”
Pertanyaan
bertubi tubi itu tak sempat dijawab. Sang perempuan berbaju hijau itu hanya
berkata “ pak tolongin vero copot helmnya, tangan vero sakit gak bisa lepas
helm” sambil merintih kesakitan. Seorang pria spontan mengangkat helm yang
masih menempel dikepala vero.
“vero
lupa gak bawa hp pak” memang vero sering lupa membawa hp karena menurutnya hp
bukanlah hal penting, tapi untuk zaman sekarang ini, hp benar-benar dibutuhkan
untuk apapun.
“neng,
motornya rusak, harus ganti ban dulu baru bisa jalan” kata pria 1
“tadi kronologinya bagaimana neng?’ Tanya pria
2
Sejenak
vero terdiam melihat jalan tempatnya jatuh tadi, sedikit hal yang bisa vero
ingat, sisanya hanya ada bayangan hitam tanpa jelas alur ceritanya.
“tadi
nabrak lubang pak” jawab vero singkat sambil memegang tangan kirinya
“pak,
boleh minta tolong benerin motor saya gak gak? Nanti kalo sudah selesai anter
ke rumah saya, ini alamatnya” vero menyodorkan kertas putih berisi alamat
rumahnya pada pria 1.
“iya
neng, tapi neng pulangnya gimana?” Tanya pria 1
“naik
taksi saja pak”
Vero
lalu segera pulang dan mendapati adiknya didepan tv
“rin,
gw tadi abis jatoh. Gue fikir bakal nyusul molly tadi rin” vero menangis
didepan rina yang kebingungan
“mba
ve kenapa? Jangan ngomong yang enggak-enggak” rina segera menepuk bahu vero
“tadi
mbak ve jatuh? Terus gimana keadaanya? Ada yang luka gak? Itu tangan kirinya
kenapa?”
Rina
segera melayangkan banyak pertanyaan ke vero
“gue
gak inget kejadianya rin, gak ada yang luka tapi tangan kiri gw sakit banget”
“kita
ke dokter aja mba sekarang” rina segera bangkit dan menuju garasi
Setelah sampai di rumah sakit
“ini
patah, harus dioperasi mbak” pria berbaju putih mengatakan hal itu setelah
mengamati seraya membolak balikkan tangan vero.
“saya
serahkan pada dokter saja, tolong lakukan yang terbaik dok” rina selaku wali
dari vero memberi keputusan dan memberikan tanda tangan tanda persetujuan.
Operasi
dilakukan sehari setelah kecelakaan, tangan vero dipasang beberapa pen. Vero
belum bisa bergerak secara normal. Tiga hari setelah operasi, vero
diperbolehkan untuk pulang.
Jika saja
“rin,
kalo kemaren gue gak selamat, gue pasti ketemu molly disana ya ” vero
menerawang, mengingat kejadian yang menimpanya beberapa waktu yang lalu.
“mba
ve, kalo mba ve pergi sama molly, terus rina sama sapa mbak disini?” rina
mengatakan sesuatu yang tulus dari dalam hatinya. Selama ini rina hanya hidup
bersama vero setelah ayah dan ibunya meninggal dalam kecelakaan pesawat 8 tahun
lalu. Ketulusan rina membuat vero sadar bahwa kematian hanyalah meninggalkan
kesedihan bagi orang yang masih hidup, vero harus menjalani hidup dengan baik,
demi rina adik satu-satunya.
“maafin
mbak vero ya rin, mbak vero terlalu egois hanya memikirkan diri mbak vero
sendiri, padahal selain molly ada kamu yang penting dalam hidup mba ve”
‘mba
ve harus tetap hidup, nemenin rina mbak” rina sedikit meneteskan air mata yang
tak mampu lagi dibendungnya.
“maafin
mba ve yah rin, kita harus hidup bersama melewati semua ini rin, ”
Awal tahun baru hanya diiringi
dengan tangisan, seperti yang ku baca dalam ramalan zodiac untuk tahun 2015
akan diawali dengan kesedihan, namun perlahan kesedihan itu akan hilang dan
munculah kebahagiaan di bulan selanjutnya. Tak sabar menunggu bulan selanjutnya
dan merasakan kebahagiaan seperti yang sudah diramalkan.
February
“mba
ve, rina berangkat kuliah dulu ya” suara rina membuyarkan lamunan vero diruang
tamu
“rina,
malam nanti gak ada acara kan? Temenin mbak jalan-jalan ya”
“gak
ada mbak, iya mba boleh, katanya hari ini mba ve mau dilepas ya perbanya?”
“iya
rin, kan udah tiga minggu”
“pulangnya
jangan kemaleman ya”
“Oke
mba”
Setelah
mencium tangan vero, rina pun pergi
Malam hari
Suasana
mall malam itu begitu cerah, cahaya lampu begitu terang, beberapa pita pink
terpasang di plafon mall itu, dengan lambing hati yang menggantung di ujung
pita.
“gak
terasa udah tanggal 10 february yah” vero mengingat bahwa mall Z selalu
mendekor ruangan dengan nuansa pink saat menjelang perayaan valentine.
“iya
mba ve, tapi akung yah kita gak ada yang ngasih coklat”
“bener
juga rin, tapi ramalan zodiak 2015 gue
katanya di tahun ini gue bakalan ketemu the right one gue, artinya gue bakal
ketemu jodoh gue dong” vero mulai
antusias
“mba
ve selalu aja gitu, percaya ramalan, asal yang dipercaya yang baik-baiknya aja
mba” rina memang terlihat lebih bijak dibandingkan dengan kakaknya, hal ini
dikarenakan sewaktu orang tua mereka meninggal, vero sangat terpukul sehingga
melarikan diri dari kesedihan yang dia alami dengan mencari hiburan bersama
teman-temannya, dia lebih sering bermain diluar sehingga emosinya labil dan
kurang bisa bersikap dewasa.
“pulang
yuk rin, tapi nanti mampir ke supermarket dulu, beli coklat buat kita berdua”
“biar
gak keliatan ngenes ya mbak dihari valentine?”
“hahaha
kamu mah bisa aja”
Setelah valentine (saat harus
dikatakan)
“rin,
kayaknya arjun harus tau deh kalo gue selama ini suka sama dia, ramalan zodiak
gue kan bilang taun ini gue bakal ketemu jodoh gue, kayaknya arjun jodoh gue
deh, dia tipe gue banget rin, he’s smart, rajin beribadah, perhatian”
“ya
udah buruan mba ve ngomong ke dia, kalopun dia suka sama mba ve juga bagus
dong, kalo dia gak suka ya udah cari lagi” rina memang tidak terlalu mengenal
arjun, pria yang sangat diidolakan kakanya karena kepintaranya, rina hanya
mengenal arjun melalui cerita kakaknya tentang arjun.
Vero
memang menyukai arjun yang berumur 3 tahun lebih tua darinya sudah sejak lama,
hanya saja selama ini dia hanya mampu mengungkapkan perasaanya lewat statusnya
di facebook, vero belum memiliki keberanian untuk mengungkapkan langsung.
Sekarang keberanian itu muncul dan vero sudah bertekad untuk mengatakanya pada
arjun. Vero hanya bisa mengatakanya lewat messenger karena karjun sedang berada
di Kalimantan untuk mengurus bisnisnya.
“arjun,
selama beberapa tahun terakhir ternyata aku suka sama kamu, maaf ya membuat
kamu terkejut” vero hanya mengungkapkan perasaanya secara singkat. Dia memang
tidak pandai merangkai kata, sehingga yang bisa dia katakana hanyalah kata
singkat itu.
“iya
gak papa ver, gue minta maaf ya kalo ada slah ke elo” jwaban arjun memang
diluar dugaan.
“hah
minta maaf?” vero berusaha untuk membaca pesan dari arjun berulang kali. Dia
tidak bisa mengerti maksud arjun, kenapa arjun harus meminta maaf? Kenapa tidak
bilang kalo arjun gak suka ke vero, atau suka ke vero juga? Ah vero bingung
dengan semua ini.
Vero
akhirnya meminta pendapat rina untuk masalah ini
“rin,
arjun bales gini, maksudnya apa?”
“mba
ve yang sabar ya”
“kenapa
rin?”
BERSAMBUNG PART 2